ANEKDOT KENANG-KENANGAN DARI GUS DUR
Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang ceplas-ceplos dan senang humor, nyaris di setiap omongannya Gus Dur selalu mampu memancing tawa hadirin. Ada yang tersenyum senang adapula yang tersenyum kecut karena merasa tersindir.
Kesan humoris benar-benar terasa di hampir semua liputan Kabari tentang sosok yang satu ini. Termasuk ketika Kabari bertemu Gus Dur di tahun 2007 dalam sebuah acara.
Bahkan Gus Dur ketika itu mau membagi sebuah anekdotnya khusus untuk Pembaca Kabari yang kemudian dimuat dengan judul “Do You Like Salad?”.
Berikut ini beberapa anekdot dari Gus Dur yang disampaikan beliau dalam beberapa kesempatan terpisah,
Obrolan Presiden
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat kepresidenan. Seperti biasa...
setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Perancis tersebut.
Karena disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat...
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!", teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus Dur kalem.
Tim Pengusir Hantu Pondok Indah
Mungkin karena bahasan jumpa pers Gus Dur siang itu (Rabu, 25/9) yang panjang dan serius, seorang wartawan tak kuasa menahan "kebekuan."
Wartawan itu pun nyeletuk, menanyakan masalah di luar materi jumpa pers siang itu, Isu hangat yang jadi perbincangan warga Ibu Kota, yaitu hantu penunggu rumah mewah di jalan Pondok Indah.
Entah serius atau tidak, atau mungkin ia pikir Gus Dur berkompeten dalam hal perhantuan dan makhluk gaib dkk, sang Wartawan pun bertanya memecah keseriusan.
"Gus, rumah kosong yang di Pondok Indah yang katanya banyak hantunya, gimana Gus?" tanya wartawan itu membuat peserta jumpa pers lainnya tersentak.
Wartawan lain mungkin berpikir, koq bisa-bisanya nanya begituan pada Gus Dur.
Tapi namanya Gus Dur, yang mungkin memiliki motto "kalau ditanya harus jawab", ia mengomentari hal itu dengan santai. "Sorry, saya belum pernah ketemu hantunya," jawab Gus Dur ditimpali tawa semua wartawan berderai-derai.
Ternyata, selayaknya wartawan profesional, sang penanya tak mau kalah, ia mencecar Gus Dur lagi, "Apa perlu Gus Dur mengirimkan tim khusus untuk mencek kebenaran adanya hantu itu?"
Sambil terkekeh Gus Dur menjawab dengan tangkas, "Kalau mau, anda boleh jadi ketua timnya. Kayak gitu koq diurusin, lho."
Jenderal
Pada saat selesai melantik WAKAPOLRI di Istana, Gus Dur mengadakan konferensi pers dengan wartawan.
Pada kesempatan itu, salah satunya diungkapkan tentang permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo BIMANTORO -
KAPOLRI - mengundurkan diri.
Ketika konferensi pers itu usai, dan Gus Dur dipapah memasuki mobil, beberapa wartawan mulai tidak mengerubutinya lagi.
Gus Dur berkata :"Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"
"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan serentak.
"Saya mau sebutkan nama seorang jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja," ujar Gus Dur.
"Wah, siapa itu Gus ?" keroyok para wartawan yang tadinya sudah mulai menjauh. Mereka berlarian untuk mendapatkan berita eksklusif itu.
"Ok, saya akan katakan," kata Gus Dur meyakinkan." Jenderal itu adalah Jendral..(General) Electric ..."
"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.
"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Lha saya kan bener kalau General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"
Kuli dan Kyai
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda berkerumun di sini?"
"Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai."(//ahm)
Titel Prov. Anggota Dewan
Gus Dur dalam pembicaraannya sering menyatakan bahwa Indonesia bukan negara agama. "Itu adalah hal yang final," tegas Gus Dur.
Ia "tidak betah" jika masih ada anggota legislatif masih berkutat pada persoalan itu.
Gus Dur bercerita tentang seorang anggota legislatif yang ngotot ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama.
"Saat anggota dewan itu jadi pembicara disebuah seminar, ia dipanggil dengan titel Prof. di depannya," kata Gus Dur.
"Ketika kembali ke kantornya, Satpam pun mempersilahkan masuk kepada anggota dewan kita itu dengan berkata, "Silahkan masuk prof."
Nah, kolega-koleganya pun, kata Gus Dur, ternyata menyambut dengan berkata "Selamat pagi Prof, Assalamualaikum Prof"
Si anggota dewan ini heran juga, padahal seumur-umur dia belum pernah dianugerahi gelar profesor. "Atau karena keberaniannya ya dia mendapat gelar terhormat itu," kata si anggota dewan dalam hati.
Gus Dur melanjutkan, karena saking bangga dan penasarannya anggota dewan ini pun bertanya kepada kroninya. "Kenapa ya saya sekarang dimana-mana dipanggil Prof?"
"Wah...jangan bangga dulu pak!" kata si kroni. "Mereka itu nyebut prof bukan dengan akhiran huruf F tetapi dengan huruf V, jadi Prov. gitu!"
"Lho, Prov. apa artinya itu ?" tanya si anggota dewan penasaran.
Kroninya menjawab, "Provokator."