Posted by : Unknown Thursday, February 23, 2017


ozaann.com-Ulama sangat berjasa besar dalam menyebarkan agama Islam kepada penduduk pribumi sehingga Islam dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia. Para penyebar agama Islam di Jawa dikenal dengan sebutan Walisongo. Istilah wali berasal dari bahasa Arab yaitu aulia, yang artinya orang yang dekat dengan Allah SWT karena ketaqwaannya.
Jumlah wali dianggap Sembilan (songo) meskipun sebenarnya lebih dari itu, karena jumlah Sembilan orang itu untuk menyebarkan nilai-nilai moral ke segala penjuru. Sehubungan dengan segala pencuru wilayah ini, orang Jawa mengenal istilahkeblat papat limo pancerKeblat papat, yaitu utara-timur-selatan-barat, dilengkapi dengan arah di antaranya berjumlah delapan, ditambah dengan pusatnya (paancer) menjadi sembilan.[6] Istilah keblat papatlimo pancer ini selalu diucapkan oleh orang yang memimpin suatu kenduri menurut adat Jawa, berbeda dengan apa yang diucapkan oleh modin atau kaum yang memimpin kenduri dengan warna Islam. Sembilan wali tersebut ialah sebagai berikut:
1.      Sunan Gresik (Syeikh Maulana Malik Ibrahim)
Syeikh Maulana Malik Ibrahim lahir pada tahun 1350 M. Ada yang berpendapat bahwa nasabnya bertalian dengan seorang sayyid dari Hadramaut. Di samping itu, ada yang mengatakan bahwa  Sunan Gresik berasal dari Gujarat dan merupakan pedagang yang dating ke Pulau Jawa kemudian menyebarkan ajaran Islam.
Sunan Gresik dibesarkan di tengah-tengah keluarga muslim sehingga tidak heran kalau sejak kecil ia sudah belajar agama Islam. Setelah dewasa, ia menikah dengan Dewi Candra Wulan, putrid pertama Putri Campa yang telah menganut Islam. Adapun Putri Campa merupakan istri dari raja Majapahit, Brawijaya.
2.      Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Raden rahmat adalah putra Syeikh Maulana Malik Ibrahim dan Dewi Candra Wulan. Ia memulai dakwahnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit, bahkan istrinya dari kalangan istana. Dengan demikian ia tidak mendapatkan hambatan yang berarti dalam berdakwah. Ia juga merupakan penyokong Kesultanan Demak dan ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1497 M bersama wali-wali yang lain.
Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Sebaliknya, Sunan Kalijaga mrngusulkan agar adat-istiadat Jawa diberi warna Islam. Sunan Ampel setuju, walaupun ia tetap menginginkan adat-istiadat tersebut dihilangkan, karena merupakan bagian dari bid’ah. Sunan Ampel  wafat pada tahun 1481 M di Ampel dan dimakamkan di kompleks pemakaman Masjid Ampel, Surabaya.
3.      Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim)
Sunan Bonang merupakan sepupu Sunan Kalijaga. Setelah belajar Islam di Pasai (Aceh), ia ke Tuban (Jawa Timur) untuk mendirikan pondok pesantren. Dalam berdakwah, Sunan Bonang menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa. Ia pun menyisipkan ajaran-ajaran Islam ke dalam cerita wayang dan music gamelan.
Kegiatan dakwah Sunan Bonang dipusatkan di Tuban dan menjadikan pesantren sebagai wadah pendidikan kader dakwah. Sunan boning memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada murid-muridnya, termasuk Raden Fatah. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M dan dimakamkan di Tuban.
4.      Sunan Giri (Raden Paku)
Raden Paku berdakwah di Giri dengan mendirikan pesantren. Para santrinya banyak yang berasal dari rakyat jelata. Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia juga merupakan orang yang berpengaruh dalam Kesultanan Demak. Hal ini terlihat ketika muncul suatu masalah, wali-wali yang lain selalu menantikan pertimbangannya. Sunan Giri wafat pada awal pertengahan abad XVI M dan dimakamkan di Bukit Gresik, Jawa Timur.
5.      Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan Drajat terkenal mempunyai jiwa social dan tema-tema dakwahnya selalu berorientasi pada gotong-royong. Ia selalu menolong orang-orang yang membutuhkan, mengasihi anak yatim, dan menyantuni fakir miskin. Sunan Drajat wafat pada pertengahan abad XVI M dan dimakamkan di Panciran, Lamongan, Jawa Timur.
6.      Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Wilayah dakwah Sunan Kalijaga tidak terbatas. Ia suka berkeliling dan memperhatikan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, semua lapisan masyarakat sangat simpati kepadanya. Begitu pula dengan Raden Fatah. Ia sangat menghormatinya.
Sunan Kalijaga berdakwah menggunakan berbagai media seni, seperti pertunjukkan wayang kulit, seni gamelan, seni suara, seni ukir, seni pahat, busana, dan kesusastraan. Ia wafat pada pertengahan abad XV M dan dimakamkan di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.
7.      Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan Kudus adalah putra dari Utsman Haji. Adapun Utsman Haji adalah orang yang menyebarkan agama Islam di Jipang Panolan, Blora. Sunan kudus menyebarkan agama Islam di Kudus. Ia ahli dibidang ilmu fiqh, ushul fiqh, tauhid, hadits, dan logika. Untuk kepentingan dakwah, ia menciptakan cerita keagamaan yang berjudulGending Maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di pemakaman Masjid Menara Kudus.
8.      Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria adalah putra dari Sunan Kalijaga. Ia berdakwah di Gunung Muria dan di desa-desa terpencil lainnya. Objek dakwahnya adalah pedagang, nelayan, dan rakyat biasa. Ia juga menciptakan tembang yang berjudul Sinom dan Kinanti. Sunan Muria wafat pada abad XVI M dan dimakamkan di Gunung Muria, Kudus.
9.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Menurut Purwaka Caruban Nagari, Sunan Gunung Jati dihormati oleh para sultan Demak dan Pajang. Di samping itu, ia diberi gelar Raja Pandita. Dakwahnya dilakukan melalui pendekatan structural. Ia mendirikan dan memimpin Kesultanan Cirebon dan Banten. Di samping itu, ia juga mendirikan pesantren Gunung Jati di Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 M dan dimakamkan di Gunung Jati, desa Astana, Cirebon.
Wali-wali tersebut adalah penyebar agama Islam yang terus menerus berjuang dan mengabdikan hidupnya untuk kepentingan agama Islam dengan berbagai caranya masing-masing. Gerakan Islamisasi oleh para wali tersebut dipusatkan di daerah pantai utara Jawa dengan mendirikan pusat-pusat pengembangan Islam. Secara garis besar, peranan wali adalah sebagai berikut:
1.      Dibidang agama, sebagai penyebar agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan media seni
2.      Dibidang seni dan budaya, wali-wali tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang disesuaikan dengan agama/budaya Islam
3.      Dibidang politik, para wali tersebut berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat raja-raja.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Fauzan Khan - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -